Festival Lokananta Tandai Kembalinya Studio Rekaman Pertama di Indonesia sebagai Sentra Kreativitas Musisi, Seniman, dan UMKM

02 Juni 2023

Berita

Komitmen Kementerian BUMN melalui PT Danareksa (Persero) bersama Pemerintah Kota Surakarta untuk menghidupkan kembali Lokananta akhirnya terealisasi seiring dengan rampungnya revitalisasi aset milik Perum PNRI tersebut di Solo, Jawa Tengah. Lokananta baru akan menjadi sentra kreativitas dan komersial (Creative & Commercial Hub) bagi para musisi, seniman, dan UMKM sehingga dapat memberikan dampak sosial, kemajuan ekonomi, dan pelestarian budaya Indonesia.

Adapun Festival Lokananta yang diselenggarakan hari ini dan besok akan berlangsung mulai pukul 14:00 sampai 23:00 WIB setiap harinya dengan menghadirkan 21 artis lintas generasi, antara lain, Andien, Fariz RM, D’Masiv, David Bayu, The Changcuters, Kla Project, Pamungkas, Project Pop, Vina Panduwinata, dan White Shoes & Couples Company, yang akan tampil di 3 panggung secara simultan, yaitu Panggung Gesang, Panggung Waljinah, dan Panggung Sam Saimun. Sebanyak 2.500 tiket telah terjual untuk dua hari pertunjukan.

Direktur Utama Danareksa Yadi Jaya Ruchandi mengatakan, “Sebagai studio rekaman pertama di Indonesia yang merupakan “Titik Nol” musik Indonesia, Lokananta memiliki nilai historis yang tinggi, memiliki kekayaan intelektual (intellectual property) hasil karya anak bangsa, dan merupakan cagar budaya yang harus kita jaga. Lokananta sempat menjadi studio rekaman terbesar yang mengalami masa kejayaan pada tahun 1970-1980, sampai akhirnya terbengkalai sejak tahun 1990an. Oleh karena itu, Kementerian BUMN memandang perlu untuk melakukan revitalisasi Lokananta.”

Dengan mengamanatkan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) yang merupakan bagian dari Holding Danareksa, aset Lokananta yang memiliki luas 2,1 hektar di pusat Kota Surakarta direvitalisasi. Yadi menjelaskan bahwa revitalisasi dan pengembangan Lokananta telah melalui proses bisnis dan uji tuntas yang komprehensif dengan mengedepankan tata kelola yang baik, sehingga diharapkan Lokananta menjadi entitas bisnis yang berkelanjutan.

“Pembangunan fisik Lokananta dimulai pada bulan November 2022 yang ditandai dengan perhelatan Lokananta Reload pada tanggal 27 November 2022, dan diselesaikan dalam waktu hanya enam bulan. Kami memastikan bahwa project ini dilaksanakan dengan proses bisnis yang memenuhi kelayakan (feasible), sehingga Lokananta memiliki masa depan yang berkelanjutan dengan berfokus pada 5 Pilar Bisnis, yaitu museum/galeri, studio rekaman, arena pertunjukan musik dan seni, area kuliner, dan galeri UMKM,” kata Yadi.

Untuk menjalankan 5 Pilar Bisnis Lokananta, PPA berkolaborasi dengan M Bloc Group sebagai operator. CEO Lokananta Wendi Putranto mengatakan, “Lokananta baru memiliki visi untuk menjadi Creative & Commercial Hub bagi para musisi, seniman, dan UMKM, lokal sehingga dapat memberikan dampak sosial, pertumbuhan ekonomi, dan pelestarian budaya Indonesia. Visi tersebut akan diwujudkan dengan 6 Misi Lokananta: (1) Destinasi cagar budaya musik Indonesia, (2) Pertunjukan kesenian usaha sebagai hubungan masyarakat, (3) Melestarikan & mengembangkan aset-aset seni budaya dalam bidang musik, (4) Ruang kreatif publik bagi kegiatan komunitas & umum, (5) Pusat pengembangan talenta kreatif, (6) Pemberdayaan sekaligus pembinaan bisnis UMKM.”

Dalam satu tahun ke depan, Lokananta akan melaksanakan berbagai program, antara lain: Rekaman & shooting video band legendaris Godbless, sejumlah pameran di Galeri Lokananta, kolaborasi bersama komunitas kreatif di Solo, dan berbagai showcase di Studio Lokananta.

Langkah nyata revitalisasi dan optimalisasi Lokananta didukung penuh oleh Pemerintah Kota Surakarta di mana Lokananta menjadi salah satu dari 17 Prioritas Pembangunan Kota Surakarta.

Walikota Surakarta Gibran Rakabuming Raka mengatakan, “Lokananta adalah salah satu landmark kota Surakarta sekaligus titik nol musik Indonesia yang menjadi salah satu Prioritas Pembangunan Kota Surakarta. Kami memberikan apresiasi kepada Danareksa-PPA yang telah merevitalisasi aset Lokananta menjadi creative & commercial hub bagi para musisi, seniman, dan UMKM.

“Semoga partisipasi dari para musisi, komunitas dan ekosistem kesenian, serta UMKM di Lokananta dapat memberikan manfaat yang besar bagi perekonomian di kota Solo dan sekitarnya. Ke depan, Lokananta yang merupakan salah satu landmark Kota Surakarta diharapkan dapat menjadi destinasi wisata berbasis musik bagi masyarakat Indonesia,” kata Gibran.

Kilas Lokananta
Lokananta sebagai perusahaan rekaman, studio rekaman, sekaligus pabrik piringan hitam, CD, dan kaset milik negara yang legendaris ini telah merilis ribuan karya dari para seniman besar musik Indonesia, di antaranya Gesang, Waldjinah, Buby Chen, Titiek Puspa, Bing Slamet, Sam Saimun, hingga Ki Narto Sabdo.

Lokananta yang eksis sejak 66 tahun lalu telah mengarungi berbagai lautan peristiwa nasional yang mewakili ombak zamannya. Mulai dari periode emasnya di era ‘60-an, ‘70-an,‘80-an hingga periode kebangkrutannya pada era‘90-an hingga awal 2000-an.

Telah banyak upaya untuk membangkitkan kembali Lokananta. Sebagai contoh, para seniman seperti mendiang Glenn Fredly, Efek Rumah Kaca, White Shoes and the Couples Company, Shaggydog, The Hydrant, Didi Kempot, hingga Slank pernah melakukan rekaman di Lokananta.

Aspirasi para musisi selama lebih dari satu dekade ternyata mendapatkan respons positif dari para pemangku kepentingan di mana Kementerian BUMN, Danareksa-PPA, dan Pemkot Surakarta bersinergi untuk merevitalisasi Lokananta.

“Kami juga membuka peluang kolaborasi, baik BUMN, korporasi, dan UMKM untuk dapat bersama-sama mendukung kemajuan Lokananta, sehingga Lokananta dapat menjadi creative & commercial hub bagi para musisi, seniman, dan UMKM yang memberikan dampak secara sosial, ekonomi, dan pelestarian budaya di Indonesia,” tutup Yadi.