DRI: Cadangan Devisa Indonesia Meningkat Menjadi USD 130,5 Miliar

16 Juni 2020

Riset

Minggu II Juni 2020   Danareksa Research Institute (DRI) merangkum sejumlah poin utama yang dianggap mempengaruhi kinerja pasar, baik domestik maupun regional dalam satu minggu terakhir, sebagai berikut:   Indonesia

  • Dari domestik, Cadangan devisa Indonesia pada akhir Mei 2020 meningkat menjadi USD 130,5 miliar dari bulan sebelumnya sebesar 127,9 miliar. Peningkatan pada cadangan devisa ini dipengaruhi utang luar negeri pemerintah dan penempatan valas perbankan.
  Komoditas
  • Dari harga komoditas, sepanjang bulan Juni 2020 harga minyak mentah WTI di akhir pecan perdagangan hari Jumat tanggal 12 Juni 2020 ditutup pada level USD 36,3/barel, ini merupakan penurunan mingguan pertama sebesar 8% sejak bulan April 2020. Penurunan harga tersebut didorong oleh kekhawatiran adanya penyebaran Covid-10 gelombang kedua di beberapa negara bagian AS serta adanya peningkatan ketersediaan minyak mentah AS. Sementara itu, harga Brent ditutup pada USD 38,7/barel di akhir perdagangan hari Jumat tanggal 12 Juni 2020, secara mingguan harga minyak mentah Brent naik 8%.
 
  • Di sisi lain, harga emas naik menjadi USD 1,730/ons pada penutupan perdagangan hari Jumat tanggal 12 Juni 2020, ini merupakan kenaikan mingguan pertama dalam empat minggu ke belakang. Penurunan tersebut didorong investor yang kembali memilih safe haven assets karena kekhawatirazn penyebaran Covid-19 gelombang kedua di AS. Secara mingguan harga emas mengalami kenaikan sebesar 2,7%.
  Jepang
  • Pertumbuhan ekonomi Jepang mengalami kontraksi 0,6% pada kuartal I 2020 yang membuat Jepang masuk ke dalam resesi. Angka tersebut mengkonfirmasi pertumbuhan ekonomi Jepang yang kontraksi dalam dua kuartal berturut – turut, kuartal sebelumnya pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi akibat kenaikan pajak dan bencana topan kemudian diperparah dengan krisis Covid-19 pada kuartal I 2020. Sementara itu, surplus neraca berjalan Jepang bulan April 2020 menyempit menjadi JPY USD 262,6 miliar dari JPY 1661,3 miliar di bulan April 2019.
 
  • Harga produsen di Jepang turun 2,7% YoY pada bulan Mei 2020, ini merupakan penurunan terbesar sejak Oktober 2016. Penurunan tertinggi terdapat pada harga batu bara dan minyak (-36,7% vs -30,01% pada bulan April 2020). Sementara itu, kenaikan harga terjadi pada makanan dan minuman (1% vs 0,7% di bulan April 2020).
 
  • Produksi industry di Jepang turun 9,8% MoM pada bulan April 2020 setelah pada bulan sebelumnya turun sebesar 3,7% MoM. Ini merupakan penurunan palin gtajak sejak Maret 2013 akibat sektor bisnis yang terhenti di tengah kebijakan pemerintah untuk mengurangi penyebaran Covid-19.
  Eropa
  • Produksi sektor industri di kawasan Eropa turun 17,1% MoM pada bulan april 2020 menyusul penurunan sebsar 11,9% MoM di bulan sebelumnya. Ini merupakan penururnan terbesar dari sektor industry sejak penurunan 3-4% di akhir tahun 2008 dan awal tahun 2009 akibat krisis keuangan.
  China
  • Tingkat inflasi China turun menjadi 2,4% YoY pada bulan Mei 2020. Ini merupakan inflasi terendah sejak bulan Maret 2019 dan berada di bawah konsensus pasar sebesar 2,7% YoY. Di tengah upaya pengendalian Covid-19, inflasi makanan turun ke level terendahnya selama sembilan bulan, yaitu sebesar 10,6%, sedangkan inflasi non makanan tetap berada pada level 0,4%. Sementara itu, Producer Price Index (PPI) China turun 3,7% YoY pada bulan Mei 2020, tertinggi sejak Maret 2016.
  AS
  • Tingkat inflasi AS turun menjadi 1,2% YoY pada bulan Mei 2020 dari 1,4% di bulan sebelumnya. Tingkat inflasi AS bulan Mei merupakan yang terendah sejak Maret 2011 di tengah upaya pemerintah untuk mengendalikan penyebaran Covid-19.
 
  • Sementara itu, defisig anggaran AS melebar menjadi USD 399 miliar pada Mei 2020. Defisit pada anggaran AS tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan bulan Mei 2019 sebesar USD 208 muliar. Pengeluaran naik 30% menjadi USD 534 miliar sedangkan penerimaan negara turun sebesar 25% menjadi USD 174 miliar yang didorong oleh penurunan pajak perorangan sebesar 16% dan pajak penghasilan sebesar 62%.
 
  • Producer Price Index (PPI) AS meningkat 0,4% MoM pada bulan Mei 2020 menyusul rekor penurunan terendah pada bulan April sebsar 0,3% MoM. Harga barang naik sebesar 1,6% sementara itu harga jasa turun sebesar 0,2%.
 
  • The Fed akan melakukan pembaharuan fasilitas kredit korporasi pasar sekunder dengan membeli obligasi korporasi individual dengan jangka waktu lima tahun. Selain itu, The Fed tetap mempertahankan suku bunganya di level 0%-0,25% pada tanggal 10 Juni 2020.
 
  • Dari sektor tenaga kerja, jumlah lowongan pekerjaan di AS menurun sebesar 965.000 menjadi 5,046 juta pada bulan April 2020 yang merupakan level terendah sejak Desember 2014. Penurunan lowongan pekerjaan terbesar ada di sektor industry, diantaranya pada layanan professional dan bisnis (-309.000), perawatan kesehatan dan bantuan social (-115.000), serta perdagangan ritel (-113.000).
 
  • Di sisi lain, jumlah warga AS yang mengisi tunjangan pengangguran turun menjadi 1,542 juta klaim dalam pecan terakhir tanggal 6 Juni 2020, ini menjadi level terendah sejak krisis Covid-19 melanda AS. Secara keseluruhan total klaim tunjangan pengangguran yang diajukan sejak tanggal 21 Maret 2020 menjadi 44,2 juta klaim.
  Minggu III Juni 2020   Adapun beberapa indikator ekonomi yang perlu dicermati pekan depan antara lain:
  • Indonesia: Trade balance, retail sales, interest rate decision
  • AS: Retail sales, industrial production, NAHB housing price index, housing starts, building permits, initial jobless claim
  • Jepang: BOJ interest rate decision, trade balance, the inflation rate
  • EU: Trade balance, inflation rate, current account
  • China: House price index, industrial production, retail sales, the unemployment rate
  Source: Danareksa Research Institute Photo by Sulthan Auliya on Unsplash