DRI: Neraca perdagangan Indonesia surplus USD 0,74 miliar pada Maret 2020

21 April 2020

Riset

Minggu III April 2020 Publikasi terkini dan peristiwa ekonomi mewarnai pergerakan pasar regional dan domestik dalam satu minggu terakhir. DRI merangkum sejumlah poin utama yang dianggap mempengaruhi kinerja pasar, sebagai berikut: Ekonomi Indonesia Dari perekonomian Indonesia, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar USD 0,74 miliar pada bulan Maret 2020 lebih rendah jika dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami surplus sebesar USD 2,34 miliar. Surplus di bulan Maret didorong oleh kenaikan kinerja ekspor (USD 14,09 miliar) yang lebih besar dibandingkan kinerja impor (USD 13,35 miliar). Bank Indonesia dalam RDG tanggal 13 – 14 April 2020 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga BI7DRR sebesar 4.50%, suku bunga deposit facility sebesar 3.75% dan suku bunga lending facility sebesar 5.25%. Kebijakan ini diambil dengan mempertimbangkan pentingnya menjaga stabilitas eksternal dan stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian perekonomia global. Bank Indonesia juga mengambil kebijakan penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) rupiah masing – masing 200 bps untuk Bank Umum Konvensional dan 50 bps untuk Bank Umum Syariah sebagai salah satu instrumen kuantitas (quantitative easing) dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional dari dampak Covid-19. Selain itu BI menaikkan Rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) sebesar 200 bps untuk Bank Umum Konvensional dan 50 bps untuk Bank Umum Syariah yang mulai berlaku pada 1 Mei 2020. Pada tanggal 17 April 2020, Menteri Keuangan menyampaikan rincian APBN 2020 sampai akhir Maret mengalami defisit sebesar Rp 76, 4 triliun atau 0.45% dari PDB. Namun, angka realisasi defisit tersebut jauh di bawah target awal APBN 2020 sebesar 1.76%. Defisit terjadi karena realisasi pendapatan negara (Rp 375,9 triliun) lebih rendah dibandingkan belanja negara (Rp 452,4 triliun). Dari harga komoditas, harga minyak mentah WTI turun hampir 30% ke level terendahnya USD 13,01/barel pada perdagangan tanggal 20 April 2020, ini merupakan level terendah sejak Maret 1999 (dalam 21 tahun terakhir). Penurunan ini terjadi akibat kekhawatiran investor terhadap kecukupan kapasitas penyimpanan AS di tengah penurunan permintaan global akibat penyebaran Covid-19. Sementara itu harga minyak Brent turun sebesar 2% menjadi USD 27,4/barel. Kesepakatan OPEC+ untuk melakukan pemangkasan produksi minyak sebesar 9,7 juta barel/hari belum menunjukkan efek terhadap harga minyak mentah. Harga emas turun menjadi 0.5% menjadi USD 1,675/ons pada akhir perdagangan tanggal 20 April 2020 setelah Presiden AS berencana untuk membuka kembali ekonomi AS secara bertahap. Ekonomi Jepang Dari ekonomi Jepang, produksi sektor industri Jepang turun 0.3% mom pada Februari 2020 setelah pada bulan sebelumnya naik 1.9% mom. Ini merupakan kontraksi pertama kali sejak bulan November 2019, penurunan tersebut disebabkan oleh penyebaran Covid-19 di beberapa negara sehingga mengganggu perekonomian global. Produksi turun pada peralatan transportasi(-5%) serta makanan dan tembakau (- 0.8%). Sementara itu kenaikan produksi yang tinggi terjadi pada bahan kimia organik dan anorganik (6.2%).   Ekonomi Eropa Dari ekonomi Eropa, produksi industri kawasan Eropa turun 0.1% di bulan Februari menyusul pertumbuhan 2.3% di bulan Januari 2020. Sementara itu, tingkat inflasi kawasan Eropa secara tahunan pada Maret 2020 naik sebesar 0.7%, terendah sejak Oktober 2019. Hal ini disebabkan wabah Covid-19 dan perang harga minyak antara Arab Saudi dan Rusia.   Ekonomi China Dari ekonomi China, pertumbuhan ekonomi China kuartal I 2020 terkontraksi 6.8% yoy, setelah tumbuh 6% pada tiga bulan terakhir tahun 2019. Ini merupakan kontraksi pertama sejak China mencatat pertumbuhan ekonomi secara yoy pada tahun 1992, kontraksi pada pertumbuhan ekonomi tersebut memperlihatkan perlambatan ekonomi China akibat penyebaran Covid-19 yang membuat kegiatan perekonomian dihentikan selama dua bulan. Penurunan terjadi disemua sektor yaitu sektor industri turun 9.6%, sektor jasa turun 5.2% dan sektor primer turun 3.2%. Surplus neraca perdagangan China bulan Maret 2020 menyempit tajam menjadi USD 19,9 miliar dari USD 31,5 miliar pada bulan yang sama tahun sebelumnya, penurunan ekspor dan impor yang terjadi berada di bawah perkiraan pasar karena kembali beroperasinya pabrik – pabrik di China efek dicabutnya kebijakan lockdown. Selama tiga bulan pertama tahun 2020 total surplus perdagangan China sebesar USD 12,8 miliar. Investasi langsung (FDI) ke China turun 10.8% (yoy) menjadi CNY 216,19 miliar (USD 31,2 miliar) pada kuartal I tahun 2020 akibat wabah Covid-19. Kenaikan investasi hanya terjadi pada dua sektor yaitu sektor informasi dan teknologi (15.5%) serta sektor akuntasi pada industri pelayanan (29,9%). Penjualan ritel China turun 15.8% yoy di bulan Maret 2020, menyusul penurunan tajam 20.5% yoy pada bulan Januari – Februari 2020. Hal ini disebabkan konsumen yang tetap berhati – hati terhadap dampak Covid-19 walaupun pemerintah China sudah mencabut kebijakan lockdown. Produksi sektor industri China turun sebesar 1.1% yoy pada bulan Maret 2020, setelah sepanjang Januari – Februari turun tajam sebesar 13.5%. Ini merupakan efek dicabutnya kebijakan lockdown oleh pemerintah China karena mulai berakhirnya wabah Covid-19 sehingga kegiatan perekonomian mulai bangkit kembali. Dari sektor perumahan, harga rata – rata rumah baru di China meningkat 5.3% yoy pada bulan Maret 2020, ini merupakan yang terendah sejak bulan Juli 2018. Penurunan harga tersebut disebabkan adanya penyebaran Covid-19, dimana konsumen tidak ada yang melakukan aktivitas di luar rumah dan aktivitas transaksi.     Ekonomi Amerika Serikat Harga komoditas impor AS turun sebesar 2.3% mom di bulan Maret 2020 menyusul penurunan sebesar 3.2% mom di bulan sebelumnya. Ini merupakan penurunan harga impor terbesar sejak Januari 2015, penurunan harga bahan bakar sebesar 26.8% menjadi faktor pendorong. Sementara itu, harga komoditas ekspor turun 1.6% mom di bulan Maret menyusul penurunan 1.1% mom di bulan sebelumnya. Penjualan ritel AS menurun 8.7% mom di bulan Maret 2020 setelah pada bulan sebelumnya mengalami peningkatan sebesar 0.4% mom di bulan Februari 2020. Penurunan yang terjadi merupakan yang tertinggi dalam catatan perekonomian AS, hal ini terjadi karena konsumen mengurangi pembeliannya pada kendaraan dan suku cadangnya, furniture, elektronik, bahan bangunan, produk kesehatan dan pakaian. Sementara itu kenaikan tercatat pada pembelian makanan dan minuman serta perawatan kesehatan lainnya. Total produksi sektor industri di AS turun 5.4% mom di bulan Maret 2020, ini merupakan penurunan terbesar sejak Januari 1946. Hal ini dipengaruhi oleh penurunan pada output manufaktur sebesar 6.3% sebagai dampak penyebaran Covid-19 yang menyebabkan pabrik – pabrik berhenti beroperasi. Dari sektor perumahan AS, indikator sentimen pengembang perumahan- NAHB Housing Market Index turun ke level 30 di bulan April 2020 dari level 72 di bulan Maret. Penurunan ini merupakan yang terendah sejak bulan Juni 2012. Optimisme pengembang AS sedikit tergerus seiring ekspektasi penjualan rumah yang melemah dalam 6 bulan mendatang hal ini dilihat dari sub indeksnya yang mengalami penurunan menjadi 36 dari 75 di bulan Maret. Di sisi lain, izin mendirikan bangunan turun 6,8% mom menjadi 1,353 juta unit (SA annual rate) pada bulan Maret 2020, merupakan penurunan paling tajam sejak bulan Juli 2015. Penyebaran Covid-19 yang masif di AS mengakibatkan pengaruh yang besar pada sektor konstruksi. Sementara itu pembangunan perumahan baru di AS turun 22.3% mom menjadi 1,216 juta pada bulan Maret 2020 dan merupakan yang terendah sejak Juli 2019, penjualan untuk single-family yang menjadi segmen terbesar turun 17.5% menjadi 0,856 juta sedangkan segmen untuk multi-family turun tajam sebesar 31.1% menjadi 0,347 juta. Dari sektor tenaga kerja, klaim tunjangan pengangguran meningkat sebesar 5,245 juta pekan terakhir ditanggal pada 11 April 2020, turun dari pekan sebelumnya sebesar 6,615 juta. Total dalam satu bulan (11 Maret – 11 April 2020) terdapat 22 juta klaim tunjangan pengangguran di AS.     Minggu IV April 2020 Beberapa indikator ekonomi yang perlu dicermati pekan depan antara lain * USA: existing home sales, initial jobless, Markit Manufacturing PMI, new home sales, durable goods * Jepang: trade balance, Jibun Bank PMI (Manufacturing & Services), inflation rate (yoy) * EU: consumer confidence, Markit Manufacturing PMI   Sumber: Danareksa Research Institute     Gambar: Walakiri Beach, Watumbaka, East Sumba Regency, East Nusa Tenggara, Indonesia Photo by Febiyan on Unsplash