DRI: Perekonomian Jepang masih Belum Menunjukkan Perbaikan Sejak Awal Pandemi COVID-19

19 Oktober 2020

Riset

Minggu II Oktober 2020 Publikasi terkini dan peristiwa ekonomi mewarnai pergerakan pasar global dan domestik dalam satu minggu terakhir. DRI merangkum sejumlah poin utama yang dianggap mempengaruhi kinerja pasar, sebagai berikut: PERGERAKAN DI PASAR GLOBAL

  1. Amerika Serikat
    • Perekonomian AS bergerak mixed pada minggu kedua September 2002. Penjulan ritel dan inflasi AS naik menunjukkan adanya peningkatan daya beli namun ­sektor tenaga kerja dan produksi industri masih mengalami perlambatan.
      • Tingkat inflasi AS naik tipis sebesar 1,4% yoy pada September 2020 dari bulan Agustus yang naik sebesar 1,3% yoy. Namun inflasi yang terjadi masih jauh di bawah level sebelum pandemi Covid-19. Peningkatan harga tertinggi terjadi pada harga mobil dan truk bekas (+10,3% yoy) serta harga makanan (+3,9% yoy).
      • Penjualan ritel di AS bulan September 2020 naik 1,9% mom menyusul kenaikan 0,6% mom di bulan sebelumnya. Ini merupakan kenaikan penjualan tertinggi dalam tiga bulan terakhir sejak Juni 2020 yang didorong oleh naiknya penjualan pakaian, perlengkapan olah raga dan mobil.
      • Jumlah warga AS yang mengisi tunjangan pengangguran naik sebanyak 898 ribu klaim dalam pekan terakhir tanggal 10 Oktober 2020. Hal ini menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja di AS terus mengalami perlambatan terutama setelah Menteri Keuangan AS mengumumkan bahwa paket stimulus pemulihan ekonomi akan didistribusikan setelah pemilihan Presiden pada bulan November 2020.
      • Produksi industri di AS bulan September 2020 turun 7,3% yoy menyusul penurunan 7% yoy di bulan sebelumnya, penurunan produksi AS telah terjadi selama tiga belas kali berturut – turut.
  2. Tiongkok
    • Pemulihan perekonomian Tiongkok bergerak melambat yang ditunjukkan oleh turunnya inflasi dan harga produsen di tengah kegiatan ekspor dan impor yang meningkat.
      • Surplus perdagangan Tiongkok menyempit menjadi USD 37,0 miliar pada September 2020 setelah di bulan sebelumnya berada pada posisi USD 39,1 miliar. Ekspor naik 9,9% yoy menjadi USD 239,8 miliar yang didorong oleh naiknya permintaan global terutama produk kesehatan dan produk elektronik Tiongkok. Sementara itu, impor naik 13,2% yoy menjadi USD 202,8 miliar seiring dengan berlanjutnya pemulihan ekonomi Tiongkok. Surplus perdagangan dengan AS menyempit menjadi USD 30,75 miliar dari bulan sebelumnya sebesar USD 34,24 miliar.
      • Inflasi di Tiongkok pada September 2020 turun 1,7% yoy dari bulan sebelumnya sebesar 2,4% yoy. Inflasi tersebut merupakan yang terendah sejak Februari 2019 yang didorong oleh turunnya harga bahan makanan (-7,9% yoy) dan biaya transportasi (-3,6% yoy).
      • Harga produsen Tiongkok bulan September 2020 turun 2,1% yoy setelah di bulan sebelumnya juga mengalami penurunan sebesar 2% yoy. Ini merupakan penurunan bulan kedelapan di tengah dampak berkepanjangan krisis Covid-19.
  3. Eropa
    • Perekonomian kawasan Eropa bergerak mixed, surplus perdagangan melebar namun kegiatan ekspor – impor masih mengalami penurunan. Sementara itu output industri meningkat di bulan Agustus 2020.
      • Surplus perdagangan kawasan Eropa pada bulan Agustus 2020 melebar menjadi EUR 14,7 miliar jika dibandingkan posisi di bulan Agustus 2019 sebesar EUR 14,4 miliar. Ekspor turun 12,2% yoy menjadi EUR 156,3 miliar yang didorong oleh penurunan ekspor bahan bakar, barang manufaktur dan peralatan transportasi. Sementara itu, impor turun 13,5% yoy menjadi EUR 141,6 miliar yang didorong oleh turunnya pembelian bahan bakar, bahan kimia dan peralatan transportasi.
      • Output industri kawasan Eropa pada bulan Agustus 2020 naik 0,7% mom menyusul kenaikan 0,5% di bulan Juli 2020. Produksi naik untuk barang tahan lama (+6,8% mom), barang setengah jadi (+3,1% mom) dan energi (+2,3% mom).
  4. Jepang
    • Perekonomian Jepang belum memperlihatkan perbaikannya sejak awal pandemi Covid-19 melanda di negara tersebut. Harga produsen di Jepang pada bulan September 2020 turun 0,8% yoy setelah di bulan sebelumnya juga mengalami penurunan 0,6% yoy. Penurunan terjadi pada harga listrik, gas dan air (-4,6% yoy) serta besi dan baja (-1,1% yoy).
  5. Komoditas
    • Harga komoditas dunia secara mingguan bergerak melambat dengan harga minyak dunia dan harga emas yang ditutup turun di akhir perdagangan minggu kedua bulan Oktober.  
      • Harga minyak mentah WTI pada akhir perdagangan tanggal 16 Oktober ditutup turun 0,5% ke level USD 40,7/barel, namun secara mingguan WTI naik sebesar 0,3%. Penurunan harga minyak mentah terjadi akibat investor masih merasa khawatir tentang pemulihan permintaan minyak mentah di tengah meningkatnya kasus Covid-19 secara global di beberapa negara Eropa.
      • Sementara itu, harga Brent pada akhir perdagangan tanggal 16 Oktober 2020 ditutup turun 0,9% ke level USD 42,8/barel.
      • Harga emas ditutup di level USD 1.900/ons pada penutupan perdagangan hari Jumat tanggal 16 Oktober 2020, secara mingguan harga emas turun sebesar 1,6% dan merupakan penurunan pertama dalam tiga minggu terakhir. Penurunan harga emas secara mingguan didorong oleh beberapa sentimen negatif yaitu pengumuman paket stimulus Covid-19 AS yang tidak akan diditribusikan sebelum pemilihan presiden, kebijakan pembatasan yang kembali diberlakukan di beberapa kawasan Eropa serta klaim tunjangan pengangguran AS yang meningkat.
PERGERAKAN PASAR DOMESTIK
  • Pemulihan ekonomi Indonesia masih terus menunjukkan perbaikan meskipun terbatas, hal ini ditunjukkan dengan membaiknya ekspor – impor Indonesia bulan September 2020 di tengah rendahnya mobilitas masyarakat.
    • Neraca perdagangan bulan September 2020 kembali mengalami surplus sebesar USD 2,44 miliar, surplus bulan ini lebih besar dibandingkan bulan sebelumnya sebesar USD 2,35 miliar. Ekspor naik 6,97% mom menjadi USD 14,00 miliar yang mengindikasikan adanya kenaikan permintaan global terutama sektor non-migas. Sementara itu impor juga naik sebesar 7,71% mom menjadi USD 11,57 miliar terutama impor bahan baku dan barang modal, hal ini menunjukkan bahwa sektor industri di Indonesia masih menunjukkan perbaikan di tengah rendahnya mobilitas masyarakat.
    • RDG Bank Indonesia bulan Oktober 2020 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI7DRR sebesar 4,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 3,25%, suku bunga Lending Facility sebesar 4,75%. Keputusan ini dilakukan untuk menjaga stabilitas rupiah di tengah inflasi yang diperkirakan rendah.
  Minggu III Oktober 2020 Beberapa indikator ekonomi yang perlu dicermati pekan depan antara lain sebagai berikut:
  • USA: Markit Manufacturing PMI, Markit Services PMI, housing starts, building permits, initial jobless claim, existing-home sales
  • Tiongkok: GDP growth Q3, industrial production, retail sales, unemployment rate, house price index
  • Jepang: Trade balance, inflation rate, Jibun Bank Manufacturing PMI, Jibun Bank Services PMI
  • EU: Current account, Markit Manufacturing PMI, Markit Services PMI
  Sumber: Danareksa Research Institute Photo by Manuel Cosentino on Unsplash