Tensi geopolitik antara AS dan Iran berangsur mereda

13 Januari 2020

Riset

Minggu II Januari 2020 Publikasi terkini dan peristiwa ekonomi mewarnai pergerakan pasar regional dan domestik dalam satu minggu terakhir. DRI merangkum sejumlah poin utama yang dianggap memengaruhi kinerja pasar, sebagai berikut: Tensi geopolitik antara AS dan Iran memanas awal minggu lalu, dan berangsur mereda akhir pekan lalu. Aksi balasan Iran dengan menembakan rudal ke markas tentara AS di lrak, membuat kekhawatiran investor akan perang meningkat. Namun, respon AS yang lebih lunak, dengan memilih opsi negosiasi dengan Tehran dan tambahan sanksi ekonomi, berhasil meredakan ketegangan. Mayoritas bursa saham Asia bergerak menguat di akhir pekan kemarin. Dari domestik, posisi cadangan devisa Indonesia per akhir Desember 2019 mencapai USD 129,2 miliar, meningkat dibandingkan posisi November 2019 sebesar USD 126,6 miliar. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,6 bulan impor atau 7,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Kenaikan ini terutama dipengaruhi oleh penerimaan devisa migas, penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, dan penerimaan valas lainnya Penjualan retail Indonesia bulan November 2019 tumbuh 0,4% mom, menyusul kenaikan 1,6% mom di bulan sebelumnya. Secara tahunan, penjualan retail tumbuh melambat dari 3,6% yoy menjadi 1,3% yoy, didorong belanja konsumen atas produk makanan dan minuman, serta perlengkapan rumah tangga. Penjualan produk BBM, barang budaya dan rekreasi, pakaian, perlengkapan informasi dan komunikasi mengalami penurunan. Dari ekonomi Jepang, lndikator Jibun Bank Japan Services PMI turun ke level 49,4 di bulan Desember 2019, dari level 50,3 di bulan sebelumnya. Sinyal kontraksi sektor jasa Jepang terjadi menyusul turunnya order baru yang diterima, dan output produksi. Indeks kepercayaan konsumen Jepang naik 0,4 poin ke level 39,1 di bulan Desember 2019, atau level tertinggi sejak Mei 2019 dan diatas ekspektasi pasar, level 38. Keyakinan konsumen Jepang atas rencana pembelian barang tahan lama, kondisi lingkungan, serta pertumbuhan pendapatan mencatat kenaikan. Belanja masyarakat Jepang menurun 2,0% yoy di bulan Oktober, setelah di bulan sebelumnya juga turun 5,1% yoy. Rumah tangga mengurangi pengeluarannya seiring kenaikan pajak penjualan Oktober dan bencana topan. Dari ekonomi Eropa, indikator sentimen investor-Sentix Investor Confidence naik ke level 7,6 pada bulan Januari 2020, dari level 0,7 di bulan sebelumnya. Perkembangan ini menunjukkan naiknya optimisme investor terhadap prospek ekonomi Eropa ke depan. Dari ekonomi China, indikator Caixin China General Services PMI bulan Desember 2019, menurun ke level 52,5 dari level 53,5. Ekspansi sektor jasa China melambat seiring pertumbuhan order ekspor yang melambat dan serapan tenaga kerja yang menurun. Harga barang dan jasa di tingkat konsumen China di bulan Desember cenderung stabil (-0,0% mom) dari bulan sebelumnya. Secara tahunan, laju inflasi China bertahan di level 4,5% yoy (vs +4,7% yoy ekspektasi). Kenaikan ini didorong meningkatnya harga bahan makanan, terutama menjelang Tahun Baru lmlek. Dari sisi ekonomi AS, indikator IHS Markit US Services PMI naik ke level 52,8 pada Desember 2019, dari level November 51,6, yang mengindikasikan ekspansi sektor jasa AS. Akselerasi pertumbuhan sektor jasa didorong meningkatnya order baru dan serapan tenaga kerja industri. Nilai ekspor AS naik ke level USD 208,6 miliar di bulan November 2019, dan impor menurun menjadi USD 251,7 miliar. Hal ini membawa defisit perdagangan AS di bulan November turun menjadi USD 43,1 miliar, dari USD 46,9 miliar di bulan sebelumnya. Selanjutnya, order baru yang diterima pabrikan AS (factory orders) turun 0,7% mom pada bulan November 2019, menyusul pertumbuhan 0,2% mom di periode sebelumnya. Kenaikan pesanan terjadi pada produk perlengkapan elektrik, furniture, komputer, dan alat elektronik. Indikator ISM Non-Manufacturing PMI bulan Desember naik dari level 53,9 ke level 55. Akselerasi ekspansi non manufaktur AS ditopang meningkatnya produksi dan persediaan, sementara order baru, order ekspor dan serapan tenaga kerja melambat. Di sektor ketenagakerjaan AS, ADP Employment Report menunjukkan tambahan serapan tenaga kerja swasta non pertanian di bulan Desember sebesar 202 ribu posisi (vs 124 ribu posisi di buIan November). Usaha kecil, menengah, dan besar AS masing-masing menambah tenaga kerja sebanyak 69 ribu, 88 ribu, dan 45 ribu posisi. Sektor industri menyerap tambahan tenaga kerja sebesar 29 ribu posisi, sedangkan sektor jasa menambah 173 ribu posisi. Di sektor manufaktur dan pertambangan, tenaga kerja berkurang sebesar masing-masing 7 ribu posisi, dan seribu posisi. Data ketenagakerjaan terbitan pemerintah AS memperlihatkan serapan tenaga kerja non pertanian (nonfarm payrolls) bulan Desember 2019 meningkat 145 ribu posisi (vs 164 ribu ekspektasi), lebih rendah dari serapan bulan sebelumnya sebanyak 256 ribu posisi. Tambahan tenaga kerja terbanyak terjadi pada sektor perdagangan retail dan jasa kesehatan, sedangkan pada sektor tambang menurun. Rerata pendapatan perjam (average hourly earnings) yang diperoleh tenaga kerja tumbuh melambat dari 0,3% mom menjadi 0,1% mom (vs +0,3% ekspektasi). Rilis ketenagakerjaan AS juga menunjukkan tingkat pengangguran stabil pada level 3,5%. Klaim tunjangan pengangguran mingguan (per 4 Januari 2020) turun sebanyak 9 ribu aplikasi menjadi 214 ribu aplikasi. Rerata 4 mingguannya tercatat lebih rendah 9.500 aplikasi menjadi 224 ribu aplikasi, atau masih dibawah rerata periode 1967-2020 sebesar 350,8 ribu aplikasi.   Minggu Ill Januari 2020 Beberapa indikator ekonomi yang perlu dicermati pekan depan antara lain USA: NFIB Small Business Index, laju inflasi, producer price index, penjualan retail, klaim tunjangan pengangguran, NAHB housing market index, housing starts, building permits, output industri Jepang: Core machine orders, producer price index, output industri China: Neraca perdagangan, penjualan retail, output industri, investasi aset tetap, GDP Q4 2019 EU: Output industri, neraca perdagangan, laju inflasi Indonesia: Neraca perdagangan, penjualan mobil   Source: Danareksa Research Institute Photo by Viviana Rishe on Unsplash