DRI: Akhir April 2020, Rupiah menjadi nilai tukar dengan penguatan tertinggi di Asia

06 Mei 2020

Riset

Minggu V April 2020 Publikasi terkini dan peristiwa ekonomi mewarnai pergerakan pasar regional dan domestik dalam satu minggu terakhir. DRI merangkum sejumlah poin utama yang dianggap mempengaruhi kinerja pasar sebagai berikut: Pada tanggal 30 April 2020, nilai tukar rupiah ditutup menguat sebesar 2.70% ke level Rp 14,882 setelah pada perdagangan sebelumnya berada pada level Rp 15,295. Rupiah menjadi nilai tukar dengan penguatan tertinggi di kawasan Asia. Selain itu IHSG juga ditutup menguat 3.26% ke level 4,716.403 pada tanggal 30 April 2020 dengan total nilai transaksi menyentuh Rp 10,8 triliun. Sentimen datang dari kontraksi pada pertumbuhan ekonomi AS sebesar -4.8% pada Q1 2020. Ekonomi Indonesia Indeks kepercayaan konsumen Danareksa turun ke level 80.22 setelah pada bulan sebelumnya berada pada level 101, pada dua indikator IKK juga mengalami penurunan. Penurunan tertinggi terjadi pada Present Situations Index sebesar 36.9% menjadi 54.5 sementara itu untuk Expectation Index turun sebesar 11.1% menjadi 99.5. Pada bulan April konsumen mulai khawatir terhadap adanya ancaman PHK, wabah penyakit (penyebaran Covid-19) dan penurunan produksi. Dari harga komoditas harga minyak mentah pada akhir perdagangan tanggal 30 April 2020 menguat menjadi USD 17,44/ barel setelah mencatatkan harga negative pada perdagangan minggu lalu. Sementara itu, untuk minyak Brent juga menguat menjadi USD 25,33/ barel. Harga emas pada akhir perdagangan tanggal 30 April 2020 meningkat menjadi USD 1,715.48 karena tetap menjadi safe haven asset yang dipilih oleh investor di tengah ketidakpastian perekonomian global akibat Covid-19. Tingkat pengangguran di Jepang bulan Maret 2020 naik 2.5% menjadi 1,72 jiwa, ini merupakan jumlah tertinggi dalam kurun waktu satu tahun. Sementara itu, jumlah pekerjaan turun 0.2% menjadi 67,32 juta jiwa dengan penurunan pada jobs-to applicants sebesar 1.39% dan merupakan yang terendah sejak tiga tahun terakhir. Penjualan ritel Jepang turun 4.6% yoy pada bulan Maret 2020, ini merupakan penurunan ke lima kalinya dalam enam bulan terakhir. Penurunan penjualan terjadi pada barang – barang umum, kain, peralatan mesin, dan bahan bakar. Sementara itu penjualan untuk obat – obatan dan perlengkapan mandi mengalami peningkatan. Di sisi lain, produksi industri Jepang juga mengalami penurunan tajam sebesar 3.7% mom pada bulan Maret 2020 setelah pada bulan sebelumnya penurunan hanya berkisar 0.3% mom. Ini merupakan kontraksi kedua pada sektor produksi sejak November 2019, penurunan terjadi akibat penyebaran Covid-19 sehingga mengganggu rantai produksi dan perdagangan internasional. Indeks kepercayaan konsumen di Jepang turun menjadi 21.6 pada bulan April 2020 setelah pada bulan sebelumnya berada pada level 30.9, ini merupakan level terendah sejak tahun 1982. Jumlah pembangunan rumah baru (housing starts) turun 7.6% yoy di bulan Maret 2020. Sementara itu, untuk pesanan sektor konstruksi Jepang turun 14.30% yoy pada bulan Maret 2020 dibandingkan bulan yang sama di tahun sebelumnya. BoJ mengambil kebijakan untuk tetap mempertahankan suku bunga sebesar -0.1%, pada pertemuan bulan April tersebut BoJ juga mengambil kebijakan untuk menghapus pembatasan pembelian obligasi pemerintah sehingga imbal hasil 10Y akan tetap 0% serta meningkatkan pembelian hutang perusahaan menjadi JPY 20 triliun dari sebelumnya sebesar JPY 7 triliun. Ekonomi China NBS Manufacturing PMI China turun menjadi 50.8 pada bulan April 2020 dari sebelumnya yang berada pada level 52.0. Sementara itu, untuk NBS Non manufacturing PMI meningkat menjadi 53.2 pada bulan April 2020 dari bulan sebelumnya yang berada pada level 52.3. Hal ini terjadi karena pemerintah China mulai membuka kembali aktivitas ekonomi setelah pemberlakuan lock down berakhir. Ekonomi Eropa Pertumbuhan ekonomi kawasan Eropa turun 3.8% qoq di Q1 2020. Ini merupakan kontraksi paling tajam sejak tahun 1995 yang diakibatkan penyebaran Covid-19 sehingga pemerintah mengambil kebijakan untuk lock down yang menghentikan aktivitas bisnis dan perekonomian di kawasan Eropa. Tingkat inflasi kawasan Eropa melambat menjadi 0.4% yoy pada bulan April 2020 dari bulan sebelumnya yang berada pada level 0.7% yoy. Ini merupakan tingkat inflasi terendah sejak September 2016, melambatnya inflasi di Eropa didorong oleh penyabaran Covid-19 dan turunnya harga minyak dunia akibat perang harga antara Arab Saudi dan Rusia. Indikator sentimen ekonomi kawasan Eropa turun 27.2 poin menjadi 67.0 pada bulan April 2020, ini merupakan level terendah sejak Maret 2009. Sementara itu, indikator sentimen industri pada bulan April juga mengalami penurunan sebesar 19.2 poin menjadi -30.4, ini juga merupakan level terendahnya sejak bulan Maret 2009. Indikator sentimen di bidang jasa juga mengalami penurunan sebesar 32.7 poin menjadi -35.0 pada bulan April 2020, di bawah ekspektasi pasar sebesar -27.0. Penyebaran Covid-19 menjadi penyebab utama penurunan pada beberapa indikator tersebut yang memukul perekonimian kawasan Eropa. Tingkat penganguran meningkat menjadi 7.4% pada bulan Maret 2020 dari 7.3% di bulan sebelumnya, sehingga jumlah pengangguran meningkat 197 ribu menjadi 12, 156 juta orang. Jumlah klaim tunjangan pengangguran juga mengalami peningkatan akibat ditutupnya bisnis dan berhentinya kegiatan ekonomi di tengah penyebaran Covid-19. ECB mengambil kebijakan untuk mempertahankan suku bunga acuannya namun menurunkan suku bunga pada program pinjaman darurat untuk bank (TLTRO II) dan menawarkan serangkaian operasi refinancing jangka panjang (PELTRO) untuk menambah likuiditas perbankan. Ekonomi Amerika Serikat (AS) Dari ekonomi AS, pertumbuhan ekonomi AS terkontraksi menjadi -4.8% yoy pada Q1 2020, ini merupakan kontraksi paling dalam sejak Q4 2008. Penyebaran Covid-19 yang masif di AS menbuat negara tersebut menerapkan kebijkan lock down sehingga perekonomian terganggu. Pengangguran meningkat tajam, konsumsi rumah tangga turun hingga mencapai kondisi terburuknya di tahun 1980, penurunan tajam pada ekspor – impor serta kontraksi tajam pada investasi. Pada tanggal 29 April The Fed mengambil kebijakan untuk tetap mempertahankan suku bunga pada kisaran 0 – 0.25% dan menegaskan kembali komitmennya untuk membuat kebijakan ekonomi sebagai alat untuk mengurangi dampak penyebaran Covid-19. Sementara itu pada tanggal 30 April The Fed mengambil kebijakan untuk memperluas jangkauan pemberian pinjaman (Main Street Lending Program) bagi usaha kecil dan menengah di AS yang terdampak Covid-19 salah satunya dengan menurunkan pinjaman mínimum menjadi USD 500,000. Penjualan rumah (pending home sales) di AS turun 16.3% yoy di bulan Maret 2020 setelah pada bulan sebelumnya naik 9.3% yoy. Ini merupakan penurunan secara tahunan terbesar sejak April 2011 di tengah krisis akibat Covid-19. Pendapatan personal di AS turun 2.0% pada bulan Maret 2020 setalh mencatatkan kenaikan sebesar 6.0% di bulan sebelumnya. Ini merupakan penurunan pendapatan terbesar sejak Januari 2013 efek dari penyebaran Cobid-19 yang masif di AS. Sementara itu, pengeluaran personal turun 7.5% pada bulan Maret 2020 setelah pada bulan sebelumnya naik 0.2%. Rata – rata klaim tunjangan pengangguran empat mingguan AS turuh menjadi 5,033 juta pada tanggal 25 April 2020 dari sebelumnya yang mencapai 5,790 juta klaim. Sumber: Danareksa Research Institute